Ahli di RI Buat Obat untuk Halau Corona Menembus Paru-paru
— Gabungan peneliti dari perusahaan teknologi biologi PUFF, Nucleus Farma, dan Professor Nidom Foundation (PNF) mengembangkan obat virus corona Covid-19 dengan metode receptor blocker.
Menurut Ketua Tim Riset dan Corona Professor Nidom Foundation, Chaerul Anwar Nidom dari Universitas Airlangga, pasien Covid-19 yang meninggal disebabkan oleh virus corona SARS-Cov-2 berhasil menembus ke paru-paru dan menimbulkan peradangan, maka diperlukan formula untuk memblok receptor tersebut.
Pria yang akrab disapa Nidom bersama tim peneliti lain berhasil menemukan formula BCL (Bromhexine Hydrochloride) yang berfungsi sebagai receptor blocker untuk menghalau virus corona SARS-Cov-2 agar tidak menempel di paru-paru.
Obat Covid-19 itu menggunakan empat kandungan yaitu BCL, Guaiphenisin, Vegetable Glycerine (VG), dan Propylene Glycol (PG). Kandungan ini sudah didaftarkan hak patennya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
“Cara kerja formula ini dengan membendung reseptor ACE2 (Angiotensin Converting Enzyme 2) di paru-paru. Selain ada di paru-paru, reseptor ACE2 juga ada di jantung,” tulis Nidom dikutip dari keterangan rilis yang sudah dikonfirmasi, Senin (30/3) malam.
“BCL ini tidak mempengaruhi Myonal Cardivit atau ACE2 yang ada di jantung, sehingga BCL ini jika digunakan untuk menghambat Covid-19 akan lebih efektif dengan cara penguapan,” sambungnya.
Lebih lanjut kata Nidom, alasan metode penguapan dinilai lebih efektif karena ACE2 mesti menghalangi reseptor melalui aerosol. Metode ini dianggap lebih cepat membendung reseptor dibanding cara lain seperti oral karena membutuhkan proses metabolisme di dalam darah.
Sebetulnya kandungan BCL telah sering digunakan sebagai obat mukolitik untuk mengatasi gangguan pernafasan, terutama jika kondisi batuk secara terus menerus. BCL sendiri merupakan reaksi kimiawi dari bromhexine dan hidrogen klorida dalam komposisi yang seimbang.
Uniknya, formula BCL tersebut tidak dalam bentuk kapsul atau sirup yang mesti diminum, melainkan dalam bentuk vaporizer, sehingga penggunannya melalui metode aerosol (penguapan).
Metode penguapan dipilih pun berdasarkan hasil riset yang membuktikan bahwa aeorosol saat diaplikasikan pada penanganan medis misalnya penggunaan salbutamol, dapat dengan mudah menyerap ke dalam tubuh dalam bentuk aerosol 57 persen lebih tinggi dibanding salbutamol dalam persediaan oral (diminum).
Dengan formula BCL ini diharapkan akan dapat membantu pemulihan pasien Covid-19, terutama yang masih dalam tahap awal penyembuhan.
Hal ini disebabkan virus tersebut akan mati dengan sendirinya karena tidak berhasil menempel di reseptor ACE2 paru-paru.